fbpx

Tarikan 1 — Connection

“Muka lo nggak jelek. Otak lo nggak bodong. Kepribadian lo? Kalah kalau dibandingin sama gw mah. Jangan terlalu dingin-lah. Kasih mereka kesempatan. Lo juga perlu fun. Jangan laptop terus yang dijadiin idaman. Ayolah, Num. Lo tuh perlu sedikit santai. Nih gw share link supaya lo bisa ketemu sama yang namanya fun. Jangan lupa diklik linknya, ok?”

Deretan chat dari Jenar membuat Hanum cengingisan. Sahabat menasehati sahabat. Ia tersadar semenjak putus pacaran dimasa SMA, Hanum tidak begitu memfokuskan dirinya untuk menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis. Ia sibuk dengan karir dan kuliahnya. Laptop memang menjadi bagian dari gerak gerik kesehariannya. Sehingga ia merasa baik-baik saja.

Oh Ia mulai mempertimbangkan masukan dari Jenar—sahabatnya, tentang sosial media yang menghubungkan pertemanan dari penjuru dunia. Akhirnya Hanum manut dengan perkataan Jenar. Ia kemudian mengklik link yang dibagi Jenar lewat chat. Sebuah halaman baru dengan nuansa hitam putih. Terpampang logo TAGGED disana.

Hanum mulai sibuk dengan mendaftarkan diri dan mengisi data pribadi termasuk fotonya yang pada nantinya akan secara online tersebar diakunnya. Sehingga siapa saja yang berkunjung ke akunnya, mereka akan mengenal Hanum dari data pribadi yang ia bagi. Tanpa ragu Hanum memasang foto kesukaannya yang ia dapat pada saat liburan di Bali.

Sebuah foto yang mengingatkan Hanum dengan budaya Bali. Berdoa dengan cara Bali. Menyatu dengan Pertiwi. Hyang Jagad. Rambut yang tergurai menutupi rautnya. Hanum berkain dan berselendang rapi didalam Pura. Duduk merapatkan kaki dibumi, menundukkan kepala sembari menguncupkan tangan didahi. Membiarkan Seorang Mangku membakar dupa untuknya dan membacakan doa-doa kepada Para Leluhur untuk sebuah restu dan berkah. Hening. Hikmat. Sebuah gambar yang ia jadikan sebagai foto profil.

Sebulan. Dua bulan. Lima bulan. Hanum sudah disibukan dengan pesan-pesan pribadi dari beberapa pria dari yang berambut hitam sampai pirang dan grey. Masa penjajakan ia lakoni dari satu pria ke pria lain. Masih tidak ada rasa gairah juga. Rasa malas mengisi waktu hanya dengan chatting dan meladeni celotehan dan gombalan dari pria-pria yang asing.

“Rasanya menulis atau membaca lebih mengasyikan daripada beginian. Semuanya sama saja.” Ucapnya.

7 bulan sudah ia terdaftar sebagai member di link itu. Semuanya menjadi tidak biasa setelah ia menerima 1 pesan pribadi dari sosok yang tidak awam. Pesan yang sebenarnya biasa saja. Wajar. Tidak berlebihan. Sederhana. Tapi berhasil membuat Hanum memutuskan untuk meresponnya. Sosok yang sudah sangat berumur, Edward.

“Hi, wish you have a great day. It’s nice to meet you here.”

“Thank you. I saw your profile, where are you at the moment?”

“I am in LA right now. But soon I will visit Bali.”

“Bali? When? It’s funny because I will move there after finish my study here, in Jakarta.”

“Perfect! I have business there, I hope will be there soon. God willing.”

“Oh, great!”

pesan demi pesan terus berbalasan satu dengan yang lain. Pembahasan dimulai dari hal yang simple dan ringan sampai dengan topik pengalaman demi pengalaman pribadi.

Tidak terbesit untuk berangan menjalin hubungan spesial dengan pria tersebut. Dia sudah cukup umur, sebaya dengan orang tuanya. Dia tidak berpikir untuk mempertimbangkan saran dari page tersebut untuk membuka peluang berkencan. Tidak. Bukan itu yang ternyata dalam benak Hanum bertemu dengan pria ini. Tapi dia menemukan damai bersamanya. Hanum sangat menikmati perbincangan dengannya.

Hari demi hari. Minggu demi minggu. Bulan demi bulan. Kedekatan Hanum dengan Edward semakin menemukan arah yang lebih bermakna dibanding hanya sebuah percakapan biasa. Mereka mulai bertukar pin bb dan saling add friend di Facebook untuk mendekatkan diri lebih dan lebih.

“Great, finally I can see you everyday through your facebook and yups we also can chat on bbm. Than you for sharing!”

“My pleasure. Oh hey, can I call you ‘Daddy’?

“Hahaha. Sure. If that make you happy. But I thought you think different way to have me here. No worries. Go ahead!”

“You know, I miss my dad alots. He left me when I have great carreer and get study in college. I really love him. I wish I can find the right man as he is.”

“Oh dear, sorry to hear that. I am sure he so prouds of you up there. And hey, he will always be with you. He loves you too. Very much.”

Hanum merasa Edward bisa menyeimbangi pikiran dan perasaannya. Dia merasa memiliki teman yang sebenarnya. Hubungan Hanum dengan Edward semakin kuat meski hanya berkomunikasi lewat bbm, facebook dan telepon sesekali. Mereka saling berbagi cerita sehari-hari.

Bulan demi bulan mereka lewati dengan komunikasi yang semakin intens. Hanum merasa menemukan sosok yang selama ini ia butuhkan. Sosok yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita suka dan duka. Sosok Edward yang begitu berkarisma, baginya.

Edward pun semakin menunjukkan perhatian dan rasa pedulinya kepada Hanum. Mereka saling jatuh cinta!

“I love you!”

Kalimat yang ditujukan Edward kepada Hanum membuat Hanum tersenyum. Dia begitu senang bukan kepalang. Tapi dia belum ingin melangkah lebih jauh hanya dengan berbaik hati membalas kalimat sakral Edward dengan “I love you, too!”.

Tidak.

Belum.

Dia mengirim respon yang membuat Edward semakin mengaguminya.

“I love your love!”

Free Shipping for minimum order $500++

Copy your coupon code

PERTAMA

+ Free Shipping with min. order $250

Free a luxe scrunchie for your first order!
Scroll to Top